Senin, 17 Maret 2014

Candi Sambisari


Candi Sambisari terletak di desa Sambisari, kelurahan Purwomartani, kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY. Penemuan candi Sambisari terjadi secara kebetulan yaitu pada tanggal Juli 1966, ketika seorang petani yang sedang mengolah sawah milik Bapak Karyoinangun, tiba-tiba merasa cangkulnya membentur batu berukir. Ternyata batu itu merupakan bekas reruntuhan candi. Berita tersebut sampai ke kantor Cabang Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional di Pramabanan. Langkah selanjutnya segera diadakan peninjauan dan penelitian di tempat temuan. Setelah diperoleh kepastian bahwa penemuan tersebut merupakan sebuah candi yang masih terpendam di dalam tanah, maka segera diputuskan untuk menyelamatkannya dengan mengadakan penggalian atau ekskavasi secepatnya.Langkah-langkah lebih lanjut setelah ekskavasi adalah, melakukan pra-pemugaran yaitu, dengan mengelompokkan batu-batu yang sama jenisnya. Selanjutnya dilakukan penyusunan percobaan dan kemudian pemugaran. Hasil pemugaran candi Sambisari tersebut terlaksana seperti yang terlihat sekarang ini. Satu hal yang unik dari candi Sambisari yaitu, terletak 6.54 m di bawah permukaan tanah.13796538651543578924
Latar belakang Sejarah
Mengenai tahun pendirian candi Sambisari secara pasti belum dapat diketahui, karena tidak adanya bukti-bukti konkret yang mendukung validitas penentuannya. Oleh karena itu, untuk menentukan tahun pendiriannya harus ditinjau dari berapa segi.Dari segi arsitektur, candi Sambisari oleh Prof. Dr. Soekmono digolongkan ke dalam bangunan dari abad ke 8. Sedangkan berdasarkan batu isian yang digunakan di candi Sambisari yaitu, batu padas, maka masa pendiriannya semasa dengan candi Prambanan, Plaosan, dan Sojiwan sekitar abad ke-9 sampai dengan abab ke-10 M. Jenis batu padas ini banyak terdapat di bukit ratu Boko di Prambanan. Di tempat tersebut nampak bekas-bekas penggalian batu padas pada masa dulu.Berdasarkan kedua tafsiran tersebut, untuk sementara Soediman menempatkan pendidirian candi dalam dekade pertama atau kedua abad ke-9 M (812-838 M). Pendapat tersebut didukung dengan adanya penemuan sekeping daun emas bertulisan, karena berdasarkan tafsiran paleografis, Boechori bahwa tulisan itu berjalan dari sekitar permulaan abad ke-9 M13796538981420029376
Latar Belakang Keagamaan
Di candi Sambisari, bilik candi tidak ditempati arca Siwa Mahadewa, tetapi dalam aspek lain yaitu, Lingga dan Yoni. Lingga adalah perwujudan dari Dewa Siwa. Kesatuan, lingga dan yoni merupakan lambang persatuan Siwa dan Çakti-nya. Selain itu juga sebagai lambang kesuburan. Di samping Lingga da Yoni ada beberapa arca dari pantheon agama Hindhu yaitu, Durga Mahesassuramardini (utara), Ganeça (timur), Agastya (selatan), serta Mahakala dan Nandiswara sebagai penjaga pintuBerdasarkan arca-arca yang terdapat di candi Sambisari tersebut, maka dapat diketahui bahwa latar belakang keagaman candi Sambisari bersifat Çiwaistis (berpusat pada Siwa)13796539281418083656
Tafsiran Raja yang Membangun
Sebagai bangunan suci agama Siwa, maka untuk memperkirakan tentang siapa raja yang membangun candi Sambisari harus dicari raja dari dinasti Sailendra yang menganut agama Siwa. Di dalam prasati Wnua Tengah III tahun 908 M, terdapat nama-nama raja dari dinasti Mataram yaitu:
-        Rahyang I Hara adik Rahyang ri Mdang (Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya) 717-784 M.
-        Cri Maharaja Rakai Panangkaran 746-784 M
-        Cri Maharaja Rakai Panaraban (panuggalan), 784-803 M
-        Cri Maharaja Rakai Warak Dyah Manara, 803-827 M
-        Cri Maharaja Rakai Gula, 827-828 M
-        Cri Maharaja Rakai Garung, 828-846 M
-        Cri Maharaja Rakai Pikatan, 846-855 M
-        Cri Maharaja Dyah Tagwas 885 M (Ia yang memerintah selama 8 bulan)
-        Cri Maharaja Rakai Panumwangan Dyah Dawendra, 855-887 M
-        Cri Maharaja Rakai Garunwangi Dyah Badra, 887 M (ia memerintah selama satu bulan, kemudian meninggalkan kerajaan, selama 8 tahun tidak ada raja yang memerintah, sampai raja berikutnya naik tahta)
-        Cri Maharaja Rakai Wungkalmalang Dyah Jbang, 894-898 M
-        Cri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung, 898 M13796539572094556541137965398192253107913796540081871684319
Dari daftar nama-nama raja dalam prasati Wnua Tengah III tersebut di atas yang paling mendekati tahun pendirian candi Sambisari, yaitu Rakai Garung, 828-846 M. Suatu hal yang perlu di ketahui bahwa tidak semua candi dibangun oleh raja yang memerintah.Demikianlah sedikit latar belakang dari Candi Sambisari, salah satu dari candi Hindu yang berada di daerah Yogyakarta. (dari berbagai sumber) Tertarik untuk berkunjung?

Minggu, 02 Maret 2014

Nama dan Nasab Nabi Muhammad

Rasulullah memiliki beberapa nama, yaitu:
·        Muhammad
·        Ahmad
·        Al Mahi
·        Al ‘Aqib
·        Al Hasyir
·        Al Muqaffi
·        Nabiyyur Rahmah
·        Nabiyyut Taubah
·        Khataman Nabiyyin
·        Abdullah
Dalilnya, Allah Ta’ala berfirman:
مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Ahzab: 40)
Allah Ta’ala juga berfirman:
وَأَنَّهُ لَمَّا قَامَ عَبْدُ اللَّهِ يَدْعُوهُ كَادُوا يَكُونُونَ عَلَيْهِ لِبَدًا
“Dan bahwasanya tatkala Abdullah (Muhammad) berdiri menyembah-Nya (mengerjakan ibadah), hampir saja jin-jin itu desak mendesak mengerumuninya” (QS. Al Jin: 19)
Hadits Jabir bin Math’am,
إن لي أسماء : أنا محمد ، وأنا أحمد ، وأنا الماحي الذي يمحو الله بي الكفر ، وأنا الحاشر الذي يحشر الناس على قدمي ، وأنا العاقب
“Aku memiliki beberapa nama: Muhammad, Ahmad, Al Mahi (penghapus) karena denganku Allah menghapus kekufuran, Al Hasyir karena manusia di kumpulkan di atas telapak kakiku, dan Al ‘Aqib” (HR. Bukhari 4896, Muslim 2354)
Juga hadits Abu Musa Al ‘Asy-ari,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يسمي لنا أسماء . فقال ” أنا محمد ، وأحمد ، والمقفي ، والحاشر ، ونبي التوبة ، ونبي الرحمة
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memberitahu kepada kami nama-nama beliau. Beliau bersabda: ‘Aku Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Hasyir, Nabiyyur Rahmah, Nabiyyut Taubah‘” (HR. Muslim 2355).
Adapun kun-yah beliau adalah Abul Qasim, karena salah satu anak beliau bernama Al Qasim. Ini ditunjukkan oleh banyak hadits diantaranya:
سَمُّوْا باسمي ولا تَكَنَّوْا بكنيتي ، فإني أنا أبو القاسمِ
“Silakan memberi nama dengan namaku, namun jangan ber-kun-yah dengan kun-yah-ku. Kun-yah-ku adalah Abul Qasim” (HR. Bukhari 3114, Muslim 2133)
Ini adalah nama-nama beliau yang ditunjukkan secara sharih (lugas) oleh dalil-dalil. Namun banyak diantara para ulama juga menambahkan nama-nama lain untuk beliau, yang diambil dari setiap sifat yang dinisbatkan kepada beliau. Sebagaimana perkataan Imam Al Baihaqi : “Sebagian ulama menambahkan, mereka mengatakan bahwa Allah telah menyebut beliau dengan sebutan:
·        Rasul
·        Nabi
·        Ummiy
·        Syaahid
·        Mubasyir
·        Da’i ilallah bi idznihi
·        Sirajun Munir
·        Ra’ufur Rahim
·        Mudzakkir
Allah juga menjadikannya sebagai Rahmah, Ni’mah, dan Haadi“
Dan sebenarnya masih banyak lagi sifat-sifat beliau jika kita ingin memasukkannya ke dalam deretan nama beliau, diantaranya ash shadiq, al mashduq, sayyidu waladi adam, sayyidul mursalin, al amin, al musthafa, dan banyak lagi. Oleh karena itu para ulama berselisih pendapat mengenai jumlah nama beliau.
Adapun pendapat sebagian ulama bahwa Yaasin dan Thaha adalah termasuk nama beliau, ini dilandasi oleh sebuah riwayat:
إِنَّ لِي عِنْدَ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ عَشْرَةَ أَسْمَاءٍ» قَالَ: أَبُو الطُّفَيْلِ: قَدْ حَفِظْتُ مِنْهَا ثَمَانِيَةً: مُحَمَّدٌ , وَأَحْمَدُ , وَأَبُو الْقَاسِمِ , وَالْفَاتِحُ , وَالْخَاتَمُ , وَالْمَاحِي , وَالْعَاقِبُ , وَالْحَاشِرُ قَالَ أَبُو يَحْيَى التَّيْمِيُّ: وَزَعَمَ سَيْفٌ أَنَّ أَبَا جَعْفَرٍ قَالَ لَهُ: إِنَّ الِاسْمَيْنِ الْبَاقِيَيْنِ: طَهْ , وَيَاسِينُ
“Di sisi Rabb-ku Azza Wa Jall aku memiliki 10 nama (Abu Thufail -rawi hadits- mengatakan, aku hanya hafal 8) yaitu, Muhammad, Ahmad, Abul Qasim, Al Fatih, Al Khatam, Al Mahi, Al ‘Aqib, Al Hasyir.
Abu Yahya At Taimi berkata: Saif (bin Wahb) mengklaim bahwa Abu Ja’far berkata kepadanya: ‘Dua nama yang tersisa adalah Thaha dan Yasin’”
(Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Al Ajurri dalam kitab Asy Syari’ah no.1015)
Sanad hadits ini lemah karena ada perawi bernama Saif bin Wahb dan Abu Yahya At Taimi (Isma’il bin Ibrahim) yang keduanya berstatus dhaif (Al Mizan 3645, At Tahdzib 518). Sehingga status hadits ini adalah lemah. Sebagaimana Ibnu ‘Adi mendhaifkan hadits ini dalamAl Kamil (4/509), Al ‘Iraqi mendhaifkan hadits ini dalam Takhrij Al Ihya (2/471). Dengan demikian kita tidak bisa mengatakan  bahwa Yaasin dan Thaha adalah termasuk nama beliau.
Adapun nasab, beliau adalah anak dari Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin An Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Sampai disini, tidak ada perbedaan diantara para ulama. Adnan dipastikan merupakan keturunan Nabi Isma’il, namun para ulama berselisih pendapat mengenai silsilah nasab dari Adnan hingga Nabi Isma’il.
Seluruh orang arab dari negeri Hijaz memiliki keterkaitan dengan nasab beliau tersebut. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ قَوْلِهِ: {إِلَّا المَوَدَّةَ فِي القُرْبَى} [الشورى: 23]- فَقَالَ سَعِيدُ بْنُ جُبَيْرٍ: قُرْبَى آلِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – فَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ: عَجِلْتَ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَكُنْ بَطْنٌ مِنْ قُرَيْشٍ، إِلَّا كَانَ لَهُ فِيهِمْ قَرَابَةٌ، فَقَالَ: «إِلَّا أَنْ تَصِلُوا مَا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ مِنَ القَرَابَةِ»
“Dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhuma, ketika beliau ditanya mengenai ayat ‘kecuali kasih sayang dalam qurbaa (kekerabatan)‘. Sa’id bin Jubair menafsirkan qurbaa maknanya ‘keluarga Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam‘. Ibnu Abbas berkata: ‘Engkau terburu-buru dalam menafsirkan. Karena sesungguhnya antara tidak ada keturunan orang quraisy kecuali ia memiliki kekerabatan dengan beliau. Maknanya adalah: ‘kecuali adanya keterkaitan antara aku dan kalian dalam kekerabatan‘” (HR. Bukhari 4818)
Nasab beliau tersebut adalah nasab yang baik, dari awal hingga akhirnya, tidak ada sedikitpun terdapat kebejatan padanya. Sebagaimana diriwayatkan secara mursal dari NabiShallallahu’alaihi Wasallam :
خرجت من نكاح ، و لم أخرج من سفاح ، من لدن آدم إلى أن ولدني أبي و أمي ، لم يصبني من سفاح الجاهلية شيء
“Aku lahir dari pernikahan dan tidaklah Aku dilahirkan dari perzinaan. Mulai dari Nabi Adam sampai pada ayah ibuku. Tidak ada kebejatan Jahiliyah sedikitpun dalam nasabku” (HR. Ath Thabrani 4728, dalam Shahih Sirah Nabawiyah(1/10) Al Albani mengatakan sanadnya mursal jayyid)
Oleh karena itulah kita katakan bahwa Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam lahir dari nasab terbaik. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
بعثت من خير قرون ابن آدم ، قرنا فقرنا ، حتى كنت من القرن الذي كنت فيه
“Aku diutus dari keturunan bani Adam yang terbaik pada setiap kurunnya, hingga sampai pada kurun dimana aku dilahirkan” (HR. Bukhari 3557)
Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
إنَّ اللهَ اصطفَى كِنانةَ من ولدِ إسماعيلَ . واصطفَى قريشًا من كنانةَ . واصطفَى من قريشٍ بني هاشمَ . واصطفاني من بني هاشمَ
“Allah telah memilih Kinanah dari keturunan Isma’il, dan memilih Quraisy dari keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim dari keturunan Quraisy, dan memilih aku dari keturunan Bani Hasyim” (HR. Muslim 2276)

Demikian paparan yang sedikit ini, Semoga shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam keluarga, para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti sunnahnya hingga hari akhir.

Rujukan utama: Shahih Sirah Nabawiyah, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani