Minggu, 08 Juni 2014



BELADIRI PENCAK SILAT
SEBAGAI
WARISAN BUDAYA NUSANTARA


Oleh :
Muhammad Yeni Rahman Wahid
11120087
Beladiri Pencak silat merupakan warisan budaya nusantara yang sudah tumbuh dan berkembang ke manca negara. Walau sejarah tidak bisa menunjukkan secara pasti kapan lahirnya pencak silat, namun pencak silat sudah lahir di bumi pertiwi sejak peradaban manusia. Sejak jaman pra sejarah sudah lahir  ilmu beladiri yang sederhana guna mempertahankan hidup dari ganasnya alam.
Pencak silat adalah permainan (keahlian) dalam mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis, menyerang, dan membela diri baik dengan senjata atau tanpa senjata.  Pada hakikatnya pencak silat digunakan untuk membela diri dan menolong sesama bukan untuk berkelahi atau mencari musuh.
Menurut Notosoejitno (1999: 4-6) perkembangan sejarah pencak silat dapat di bagi menjadi dua jaman, yang terdiri dari:
1.            Jaman Pra Sejarah
2.            Jaman Sejarah, di bagi menjadi lima yaitu: (a) Jaman Kerajaan-Kerajaan, (b) Jaman Kerajaan Islam, (c) Jaman Penjajahan Belanda, (d) Jaman Penjajahan Jepang, dan (e) Jaman Kemerdekaan.
Pada jaman pra sejarah belum ada istilah pencak silat, namun pada jaman ini manusia purba sudah mengenal pembelaan diri dalam arti untuk mempertahankan hidup. Hal ini sangat dibutuhkan mereka karena pada jaman itu manusia dapat bertahan hidup bila mereka dapat mengatasi rintangan-rintangan alam yang ganas, hidup di hutan belantara dan selalu berhadapan dengan berbagai binatang besar yang buas.  Tantangan yang paling berbahaya tersebut adalah serangan dari binatang buas yang hidup di hutan-hutan.
Ganasnya alam yang menatang pada saat itu,  memaksa mereka harus membela diri dengan tangan kosong dan perlengkapan yang sederhana. Perjuangan hidup tersebut membuat mereka dapat bertahan untuk  hidup. Lahirnya beladiri pada saat itu belum ada nama, namun itu merupakan naluri mereka untuk bertahan hidup.
Pada jaman kerajaan beladiri sudah di kenal untuk keamanan serta untuk memperluas wilayah kerajaan dalam melawan kerajaan yang lainnya. Pada jaman ini kerajaan yang mempunyai prajurit kuat dan tangguh, maka mereka mempunyai wilayah jajahan yang luas. Prajurit yang mempunyai ilmu beladiri tinggi maka ia akan mendapat jabatan yang tinggi pula ( patih ).
Pada tahun 1019-1041 yaitu pada jaman kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Prabu Erlangga dari Sidoarjo, sudah mengenal ilmu beladiri pencak dengan nama “Eh Hok Hik”, yang artinya  “Maju Selangkah Memukul” (Notosoejitno, 1999: 15). Prabu Erlangga ini merupakan pendekar ulung yang mempunyai ilmu beladiri yang tinggi, oleh karenanya raja, bangsawan, kesatria, prajurit pada waktu itu wajib belajar beladiri. Pada saat itu prajurit yang memiiliki ilmu beladiri tinggi, maka semakin tinggi pula kedudukannya.
Silat lalu berkembang dari ilmu beladiri dan seni tari rakyat, menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah asing. Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, tercatat para pendekar yang mengangkat senjata, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Imam Bonjol, serta para pendekar wanita, seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dhien, dan Cut Nyak Meutia.
Silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu dalam pengertian yang luas, yaitu para penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka, serta berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan lingua franca bahasa Melayu di berbagai daerah di Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau lain-lainnya yang juga mengembangkan beladiri ini.
Menyadari pentingnya mengembangkan peranan pencak silat maka dirasa perlu adanya organisasi pencak silat yang bersifat nasional, yang dapat pula mengikat aliran-aliran pencak silat di seluruh Indonesia. Pada tanggal 18 Mei 1948, terbentuklah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kini IPSI tercatat sebagai organisasi silat nasional tertua di dunia.
Pada 11 Maret 1980, Persatuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat) didirikan atas prakarsa Eddie M. Nalapraya (Indonesia), yang saat itu menjabat ketua IPSI. Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Keempat negara itu termasuk Indonesia, ditetapkan sebagai pendiri Persilat.
Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.