Kamis, 17 April 2014

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Sebelum Islam datang, dunia sudah mengenal seni musik. Sejak Pra-Islam orang Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara atau seni musik menjadi suatu keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Hal ini terus berkembang pada masa Bani Umayah hingga Abbasiyah. Pada masa pemerintahan dinasti bani Abasiyah, musik islam mengalami kejayaan.
Di Indonesia pada masa Hindu-Budha, musik dipakai sebagai bagian dari kegiatan ritual masyarakat. Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Pada masa ini, berkembanglah musik-musik istana (khususnya di Jawa). saat itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan (sebagai sarana hiburan para tamu raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam, Selain berdagang dan menyebarkan agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik mereka berupa gambus dan rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus di Indonesia.
Rebana atau yang dalam istilah jawa lebih akrab disebut "Terbang", dikenal sebagai salah satu instrument khas pengiring alunan musik atau syair-syair arab. Alat musik yang terbuat dari kulit kambing yang dikeringkan tersebut memiliki sejarah yang demikian tua.
Musik rebana sebagai bentuk seni merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mengandung muatan nilai-nilai religi, etika, dan ajaran positif bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai seperti itu sangat diperlukan dalam upaya pengembangan kedewasaan emosional.
2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana sejarah dan perkembangan seni musik rebana?
b.      Apa fungsi seni musik rebana?

BAB II
SENI MUSIK REBANA
A.    Sejarah Seni Musik Rebana
Keindahan yang didengar (auditori arts), dengan kata lain Musik, baik dengan alat-alat musik (instrumental) ataukah tanpa memakai instrumen (vokal).[1] Musik mempunyai arti penting dari sudut pandang spiritual tidak hanya bagi musik itu sendiri melainkan juga dalam hubungannya dengan syair sebagaimana telah diperlihatkan oleh Jalal Al-Din Rumi.[2] Dalam dunia tasawuf musik dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta. Musik dapat dinikmati sesuai dengan tingkat kesucian Ruh (ruh-i muqaddas).[3]
Rebana adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah timur tengah. Alat musik yang dikenal juga dengan nama tambourine atau yang disebut riq, digunakan di berbagai negara termasuk Mesir, Irak, Suriah, dan di negara-negara Arab lainnya. Di Rusia, Ukraina, Slovia, Cekoslovakia dan Polandia, alat musik perkusi ini disebut dengan istilah Buben. Seni musik Rebana dikenal sebagai salah satu instrumen khas pengiring alunan musik atau syair-syair Arab.
Pada abad ke-6, masyarakat Madinah sudah menggunakan musik rebana untuk menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Pada waktu itu masyarakat menyambut kedatangan Nabi dengan qasidah Thaala’al Badru yang diiringi dengan rebana. Ini merupakan ungkapan kebahagiaan atas kehadiran Muhammad.
Pada perkembangan selanjutnya rebana menjadi salah satu sarana dakwah untuk menyebar Islam. Sekitar abad 13 Hijriah, seorang ulama besar dari Yaman, Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi datang ke Indonesia dalam misi berdakwah menyebarkan agama Islam. Dia membawa sebuah kesenian Arab berupa pembacaan qasidah yang diiringi rebana dan menyebar sampai Kalimantan dan Jawa.
Kemudian rebana digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan syair-syair indah yang diiringi rebana, pesan-pesan mulia agama Islam mampu dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistic musik Islami yang khas.
Habib Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi juga mengarang sebuah buku yang berjudul “Simthu Al-Durar” yang memuat kisah perjalanan hidup Rasulullah SAW. Di dalamnya juga terdapat bacaan sholawat-sholawat, seringkali kitab itulah yang dibaca dan diiringi dengan alat musik rebana saat memperingati acara Maulid Nabi.[4]
Keunikan musik rebana adalah hanya terdapat satu alat musik yaitu rebana yang dimainkan dengan cara dipukul secara langsung oleh tangan pemain tanpa menggunakan alat pemukul. Musik rebana dapat dimainkan oleh siapapun untuk mengiringi nyanyian dzikir, yang bertemakan pesan-pesan agama dan juga pesan-pesan sosial budaya.

B.     Fungsi Rebana
Musik rebana sebagai bentuk seni merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mengandung muatan nilai-nilai religi, etika, dan ajaran positif bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai seperti itu sangat diperlukan dalam upaya pengembangan kedewasaan emosional. Kedewasaan emosional tidak hanya bermanfaat untuk membantu kelancaran hubungan sosial tetapi juga mampu memberikan kontribusi bagi pembentukan kepribadian, pertumbuhan dan perkembangan sikap kreatif, etis, dan estetis.
Fungsi musik rebana adalah: (1) sebagai media dakwah untuk siar agama Islam, (2) hiburan, yakni untuk memberikan hiburan kepada khalayak luas, bahkan sering dipadukan dengan lagu-lagu pop; (3) ritual, yaitu untuk mengiringi arak-arakan pengantin pada pesta perkawinan, khitanan, dan untuk mengiringi zikir serta shalawatan terutama pada bulan Maulud. Dengan fungsi tersebut, sangatlah krusial musik rebana dipertimbangkan untuk menjadi salah satu mata ajaran dalam pendidikan seni. Selain itu, muatan nilai dan norma di dalam musik rebana merupakan salah satu alternatif untuk membantu mengatasi krisis sebagaimana dipaparkan di atas. Namun demikian, sebelum musik rebana menjadi mata ajaran perlu dikaji secara lebih mendalam. Hal inilah yang menjadi motivasi utama penelitian ini.[5]

C.     Makna Simbolis Musik Rebana
     Makna simbolis dalam musik rebana dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu bentuk dan jenis instrumen, komposisi musik, bentuk lagu, dan syair lagu.
1.      Bentuk dan jenis instrumen
        Ditinjau dari bentuk dan jenis instrumen, bahwa semua alat utama musik rebana berbentuk bulat yakni terbang genjring, terbang kempling, dan gembur. Jenis instrumen yang bulat tersebut mengandung berbagai tafsir. Di antaranya adalah: (a) kebulatan tekad menjadi hal yang sangat penting dalam mengarungi hidup dan kehidupan, (b) hidup bagaikan sebuah lingkaran yang tak berujung, maknanya adalah di dalam kehidupan ini setiap orang tidak pernah mengetahui perjalanan nasibnya, kapan untung dan kapan rugi, dan selalu silih berganti antara enak dan tidak enak, sedih dan gembira, yang dalam budaya Jawa identik dengan cakra manggilingan. Kebulatan bentuk instrumen rebana juga dapat ditafsirkan sebagai manifestasi atau simbol kebulatan tekad dalam bertaqwa kepada Allah SWT. Taqwa sering dipandang sebagai modal yang sangat krusial dalam menjalani hidup.
2.      Komposisi musik
Rebana bila diitinjau dari komposisi musiknya terdapat ketukan yang berirama lemah (ketukan setengah) dan kuat (ketukan konstan) sdengan pola ritmis yang cepat dan lambat.
Contoh pola irama yang sederhana dengan sistem pencatatan abjad:
TT-TT-D     TTTT-D           T-CT-T-D        TCT-CDD
Keterangan: T dibunyikan tang, D dibunyikan dung, C dibunyikan crek.
Dari beberapa motif irama tersebut kemudian diolah dengan cara tertentu sehingga menimbulkan alunan irama lagu (musik) yang harmonis. Nilai harmoni memang menjadi suatu hal yang penting dalam penggrapan karya seni (musik). Keharonisan itu sendiri sesungguhnya berasal dari unsur-unsur yang belum harmonis, boleh jadi merupakan unsur-unsur yang berbeda dan saling bertentangan. Namum demikian unsur-unsur yang berbeda dan bertentangan setelah mengalami pengolahan/penggarpan mampu menghasilkan sesuatu yang harmonis. Dengan demikian nilai harmonis mengandung nilai pluralitas yang mampu dipersatukan untuk mencapai satu tujuan, yang dalam hal ini adalah suatu komposisi lagu musik rebana yang memberi kesan dinamis.
3.      Bentuk lagu
Bentuk lagu dalam musik rebana terdiri dari satu bagian dan dua bagian yang merupakan simbol komunikasi. Salah satu contoh bentuk lagu satu bagian adalah lagu “Tombo Ati”, sedangkan bentuk lagu dua bagian adalah lagu “Annabi Shollu’alaih”. Analoginya, bahwa di dalam bentuk lagu rebana bila dianalisis merupakan suatu kalimat bertanya dan menjawab. Demikian pula cara menabuh instrumennya, yaitu antara instrumen yang satu dengan instrumen lainnya saling mengisi dan melengkapi dengan variasi dan dinamika yang disesuaikan dengan irama lagunya. Berikut ini cuplikan kalimat pertanyaan (P) dan jawaban (J) dalam lagu berjudul “Annabi Shollu’alaih” :Annabi shollualaih sholawatullaalaih (P)
            Wayanalulbarokah kulluman shollaalaih (J)
            Annabiya haadliriin ‘Ilamu ‘ilmal yaqin, (P)
            Anna robbalalamin farodhosshollawat alaih (J)
            Annabiyamanhadlor Annabizainul basyar, (P)
            Mandanaalahulqomar wal ghozalsalam alaihi, (J) dan seterusnya.
            Contoh lagu “Tombo Ati” :
            Tombo ati iku limo ing wernane
            Kaping pisan maca qur’an sakmaknane
            Kaping loro sholat wengi lakonana
            Kaping telu wong kang sholat kumpulana
            Kaping pate kudu weteng ingkang luwe
            Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
            Sakabehe sapa bisa anglakoni
            Insya Allah Gusti pangeran nyembadani
Saling mengisi dan melengkapi maupun saling bertanya dan menjawab tidak mungkin bisa terwujud tanpa pemahaman yang komunikatif. Dengan komunikasi yang baik dapat membuahkan sikap toleransi, saling memahami, dan akhirnya menumbuhkan motivasi untuk bekerjasama. Nilai dan sikap semacam itulah menjadi sesuatu yang krusial bagi pendewasaan peserta didik.
4.      Syair lagu
Syair-syair lagu rebana merupakan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW dan sebagian bermuatan dakwah Islam yaitu agar kita selalu ingat kepada Allah SWT. Sanjungan tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada seorang tokoh yang telah berjasa bagi kehidupan manusia untuk menuju jalan yang benar dan baik, taqwa kepada Allah SAW, dalam arti selalu menjauhi larangan dan menjalankan apa yang diperitahkan-Nya. Muatan nilai penghargaan dan penghormatan kepada orang yang direfleksikan dalam syair lagu-lagu rebana sangat signifikan bagi dunia pendidikan.


BAB III
KESIMPULAN
Di Indonesia kegiatan qasidah/shalawat yang menggunakan alat musik rebana telah berkembang dengan pesat. Awalnya kegiatan qasidah ini dilakukan hanya sebagai ritual saja dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw, akan tetapi dengan cintanya masyarakat akan bacaan-bacaan shalawat dan madaih, hampir setiap mengadakan acara tasyakuran baik pernikahan, khitanan, tingkeban (ketika janin si ibu berumur 7 bulan) maupun kelahiran bayi dan acara-acara yang lainnya masyarakat sering mengundang majlis hadlrah ini untuk membacakan sholawat dan madaihnya demi mendapatkan limpahan keberkahan Allah dan syafa'at Rasulullah dari bacaan-bacaan tersebut.
Namun dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, banyak ditemukan berbagai jenis alat musik baru yang kehadirannya dapat menggeser alat musik tradisional Islam, termasuk rebana. Dengan dalih ketinggalan zaman dan kolot, alat-alat musik tradisional Islam itu mulai ditinggalkan dan jarang dimainkan. Hal ini menimbulkan keprihatinan para musikus Islam modern. Mereka berusaha sedini mungkin untuk mengkolaborasikan alat-alat tradisional tersebut dengan alat-alat musik modern. Sehingga dengan penampilan seperti inilah seni tradisi Islam tetap terlestarikan.
Dari sinilah muncul seni baru Islam, yaitu rebana hadlrah modern. Seni ini masih menggunakan alat-alat musik tradisional, akan tetapi diselingi juga dengan alat musik modern, sehingga akan mudah untuk diterima oleh masyarakat kini dan tidak menjenuhkan. Di luar negeri, Kairo misalnya, seni ini sangat ditunggu-tunggu kehadirannya, terbukti dari banyaknya undangan untuk tampil dari mancanegara yang dialamatkan ke sebuah grup rebana, akan tetapi belum bisa memenuhinya secara keseluruhan karena keterbatasan alat-alat musik yang masih sederhana. Semua ini tak lebih adalah sebagai bagian dari usaha generasi baru Islam untuk menjaga dan membangkitkan kreatifitas seni budaya Islam yang telah ada, sehingga tetap lestari dan tidak hilang begitu saja.


DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Yusuf. “Islam dan Seni”. Bandung: Pustaka Hidayah, 2000.
Hossein Nasr, Seyyed. “Spiritualitas dan seni Islam”. Bandung: Mizan, 1993.
http://www.orbitdigital.net/article/ini-dia-asal-muasal-rebana diunduh 15/03/2014
http://muhammadjazuli.wordpress.com/2012/04/10/musik-rebana-materi-alternatif-pendidikan-seni-di-sekolah/ diunduh 15/03/2014



                [1] Yusuf Al-Qardhawi, Islam dan Seni (Bandung: Pustaka Hidayah, 2000) hlm.39
                [2] Seyyed Hossein Nasr, Spiritualitas dan seni Islam (Bandung: Mizan, 1993) hlm.165
                [3] Ibid., hlm.169
                [4] http://www.orbitdigital.net/article/ini-dia-asal-muasal-rebana diunduh 15/03/2014
                [5] http://muhammadjazuli.wordpress.com/2012/04/10/musik-rebana-materi-alternatif-pendidikan-seni-di-sekolah/ diunduh 15/03/2014