BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebelum Islam datang, dunia sudah mengenal seni musik. Sejak Pra-Islam orang
Arab memiliki bakat musik, sehingga seni suara atau seni musik menjadi suatu
keharusan bagi mereka sejak zaman jahiliyah. Hal ini terus berkembang pada masa
Bani Umayah hingga Abbasiyah. Pada masa pemerintahan dinasti bani Abasiyah,
musik islam mengalami kejayaan.
Di Indonesia pada masa Hindu-Budha, musik dipakai sebagai bagian
dari kegiatan ritual masyarakat.
Dalam beberapa kelompok, bunyi- bunyian yang dihasilkan oleh anggota badan atau alat tertentu diyakini memiliki kekuatan magis. Pada masa ini, berkembanglah
musik-musik istana (khususnya di Jawa). saat
itu, musik tidak hanya dipakai sebagai bagian ritual saja, tetapi juga dalam kegiatan- kegiatan keistanaan
(sebagai sarana hiburan para tamu
raja). Musik istana yang berkembang adalah musik gamelan.
Masa setelah masuknya pengaruh Islam, Selain berdagang dan menyebarkan
agama islam, para pedagang arab juga memperkenalkan musik mereka. Alat musik
mereka berupa gambus dan rebana. dari proses itulah muncul orkes- orkes gambus
di Indonesia.
Rebana atau yang dalam istilah jawa
lebih akrab disebut "Terbang", dikenal sebagai salah satu instrument
khas pengiring alunan musik atau syair-syair arab. Alat musik yang terbuat dari
kulit kambing yang dikeringkan tersebut memiliki sejarah yang demikian tua.
Musik rebana sebagai bentuk seni merupakan salah satu bagian dari
kebudayaan yang mengandung muatan nilai-nilai religi, etika, dan ajaran positif
bagi kehidupan manusia. Dalam konteks pendidikan, nilai-nilai seperti itu
sangat diperlukan dalam upaya pengembangan kedewasaan emosional.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana sejarah dan
perkembangan seni musik rebana?
b. Apa fungsi seni musik
rebana?
BAB II
SENI MUSIK REBANA
A. Sejarah Seni Musik Rebana
Keindahan yang didengar (auditori arts), dengan kata lain Musik,
baik dengan alat-alat musik (instrumental) ataukah tanpa memakai
instrumen (vokal).[1] Musik
mempunyai arti penting dari sudut pandang spiritual tidak hanya bagi musik itu
sendiri melainkan juga dalam hubungannya dengan syair sebagaimana telah
diperlihatkan oleh Jalal Al-Din Rumi.[2] Dalam
dunia tasawuf musik dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada sang
pencipta. Musik dapat dinikmati sesuai dengan tingkat kesucian Ruh (ruh-i
muqaddas).[3]
Rebana adalah alat musik tradisional yang berasal dari daerah timur tengah.
Alat musik yang dikenal juga dengan nama tambourine atau yang disebut riq,
digunakan di berbagai negara termasuk Mesir, Irak, Suriah, dan di negara-negara
Arab lainnya. Di Rusia, Ukraina, Slovia, Cekoslovakia dan Polandia, alat musik
perkusi ini disebut dengan istilah Buben. Seni musik Rebana dikenal sebagai
salah satu instrumen khas pengiring alunan musik atau syair-syair Arab.
Pada abad ke-6, masyarakat Madinah sudah menggunakan musik rebana untuk menyambut
kedatangan Nabi Muhammad SAW yang hijrah dari Makkah. Pada waktu itu masyarakat
menyambut kedatangan Nabi dengan qasidah Thaala’al Badru yang diiringi dengan
rebana. Ini merupakan ungkapan kebahagiaan atas kehadiran Muhammad.
Pada perkembangan selanjutnya rebana menjadi salah satu sarana dakwah untuk
menyebar Islam. Sekitar abad 13 Hijriah, seorang ulama besar dari Yaman, Habib
Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi datang ke Indonesia dalam misi berdakwah
menyebarkan agama Islam. Dia membawa sebuah kesenian Arab berupa pembacaan
qasidah yang diiringi rebana dan menyebar sampai Kalimantan dan Jawa.
Kemudian
rebana digunakan sebagai sarana dakwah para penyebar Islam. Dengan melantunkan
syair-syair indah yang diiringi rebana, pesan-pesan mulia agama Islam mampu
dikemas dan disajikan lewat sentuhan seni artistic musik Islami yang khas.
B. Fungsi Rebana
Musik rebana sebagai bentuk seni
merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mengandung muatan nilai-nilai
religi, etika, dan ajaran positif bagi kehidupan manusia. Dalam konteks
pendidikan, nilai-nilai seperti itu sangat diperlukan dalam upaya pengembangan
kedewasaan emosional. Kedewasaan emosional tidak hanya bermanfaat untuk membantu
kelancaran hubungan sosial tetapi juga mampu memberikan kontribusi bagi
pembentukan kepribadian, pertumbuhan dan perkembangan sikap kreatif, etis, dan
estetis.
Fungsi musik rebana adalah: (1) sebagai media dakwah untuk siar agama
Islam, (2) hiburan, yakni untuk memberikan hiburan kepada khalayak luas, bahkan
sering dipadukan dengan lagu-lagu pop; (3) ritual, yaitu untuk mengiringi
arak-arakan pengantin pada pesta perkawinan, khitanan, dan untuk mengiringi
zikir serta shalawatan terutama pada bulan Maulud. Dengan fungsi
tersebut, sangatlah krusial musik rebana dipertimbangkan untuk menjadi salah
satu mata ajaran dalam pendidikan seni. Selain itu, muatan nilai dan norma di
dalam musik rebana merupakan salah satu alternatif untuk membantu mengatasi
krisis sebagaimana dipaparkan di atas. Namun demikian, sebelum musik rebana
menjadi mata ajaran perlu dikaji secara lebih mendalam. Hal inilah yang menjadi
motivasi utama penelitian ini.[5]
C.
Makna Simbolis Musik Rebana
Makna simbolis dalam musik rebana
dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu bentuk dan jenis instrumen, komposisi
musik, bentuk lagu, dan syair lagu.
1.
Bentuk dan jenis instrumen
Ditinjau dari bentuk dan jenis instrumen, bahwa semua
alat utama musik rebana berbentuk bulat yakni terbang genjring, terbang kempling,
dan gembur. Jenis instrumen yang bulat tersebut mengandung berbagai tafsir. Di
antaranya adalah: (a) kebulatan tekad menjadi hal yang sangat penting dalam
mengarungi hidup dan kehidupan, (b) hidup bagaikan sebuah lingkaran yang tak
berujung, maknanya adalah di dalam kehidupan ini setiap orang tidak pernah
mengetahui perjalanan nasibnya, kapan untung dan kapan rugi, dan selalu silih
berganti antara enak dan tidak enak, sedih dan gembira, yang dalam budaya Jawa
identik dengan cakra manggilingan. Kebulatan bentuk instrumen rebana juga dapat
ditafsirkan sebagai manifestasi atau simbol kebulatan tekad dalam bertaqwa
kepada Allah SWT. Taqwa sering dipandang sebagai modal yang sangat krusial
dalam menjalani hidup.
2.
Komposisi musik
Rebana bila diitinjau dari komposisi musiknya terdapat ketukan yang
berirama lemah (ketukan setengah) dan kuat (ketukan konstan) sdengan pola
ritmis yang cepat dan lambat.
Contoh pola irama yang sederhana dengan sistem pencatatan abjad:
TT-TT-D TTTT-D T-CT-T-D TCT-CDD
Keterangan: T dibunyikan tang, D dibunyikan dung, C dibunyikan crek.
Dari beberapa motif irama tersebut kemudian diolah dengan cara tertentu
sehingga menimbulkan alunan irama lagu (musik) yang harmonis. Nilai harmoni
memang menjadi suatu hal yang penting dalam penggrapan karya seni (musik).
Keharonisan itu sendiri sesungguhnya berasal dari unsur-unsur yang belum
harmonis, boleh jadi merupakan unsur-unsur yang berbeda dan saling
bertentangan. Namum demikian unsur-unsur yang berbeda dan bertentangan setelah
mengalami pengolahan/penggarpan mampu menghasilkan sesuatu yang harmonis.
Dengan demikian nilai harmonis mengandung nilai pluralitas yang mampu
dipersatukan untuk mencapai satu tujuan, yang dalam hal ini adalah suatu
komposisi lagu musik rebana yang memberi kesan dinamis.
3.
Bentuk lagu
Bentuk lagu dalam musik rebana terdiri dari satu bagian dan dua bagian
yang merupakan simbol komunikasi. Salah satu contoh bentuk lagu satu bagian
adalah lagu “Tombo Ati”, sedangkan bentuk lagu dua bagian adalah lagu “Annabi
Shollu’alaih”. Analoginya, bahwa di dalam bentuk lagu rebana bila dianalisis
merupakan suatu kalimat bertanya dan menjawab. Demikian pula cara menabuh
instrumennya, yaitu antara instrumen yang satu dengan instrumen lainnya saling
mengisi dan melengkapi dengan variasi dan dinamika yang disesuaikan dengan
irama lagunya. Berikut ini cuplikan kalimat pertanyaan (P) dan jawaban (J)
dalam lagu berjudul “Annabi Shollu’alaih” :Annabi shollualaih sholawatullaalaih
(P)
Wayanalulbarokah
kulluman shollaalaih (J)
Annabiya haadliriin
‘Ilamu ‘ilmal yaqin, (P)
Anna robbalalamin
farodhosshollawat alaih (J)
Annabiyamanhadlor
Annabizainul basyar, (P)
Mandanaalahulqomar
wal ghozalsalam alaihi, (J) dan seterusnya.
Contoh lagu “Tombo
Ati” :
Tombo ati iku limo
ing wernane
Kaping pisan maca
qur’an sakmaknane
Kaping loro sholat
wengi lakonana
Kaping telu wong
kang sholat kumpulana
Kaping pate kudu
weteng ingkang luwe
Kaping limo dzikir
wengi ingkang suwe
Sakabehe sapa bisa
anglakoni
Insya Allah Gusti
pangeran nyembadani
Saling mengisi dan melengkapi maupun saling bertanya dan menjawab tidak
mungkin bisa terwujud tanpa pemahaman yang komunikatif. Dengan komunikasi yang
baik dapat membuahkan sikap toleransi, saling memahami, dan akhirnya
menumbuhkan motivasi untuk bekerjasama. Nilai dan sikap semacam itulah menjadi
sesuatu yang krusial bagi pendewasaan peserta didik.
4.
Syair lagu
Syair-syair lagu rebana merupakan sanjungan kepada Nabi Muhammad SAW dan
sebagian bermuatan dakwah Islam yaitu agar kita selalu ingat kepada Allah SWT.
Sanjungan tersebut dapat dimaknai sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan
kepada seorang tokoh yang telah berjasa bagi kehidupan manusia untuk menuju
jalan yang benar dan baik, taqwa kepada Allah SAW, dalam arti selalu menjauhi
larangan dan menjalankan apa yang diperitahkan-Nya. Muatan nilai penghargaan
dan penghormatan kepada orang yang direfleksikan dalam syair lagu-lagu rebana
sangat signifikan bagi dunia pendidikan.
BAB III
KESIMPULAN
Di
Indonesia kegiatan qasidah/shalawat yang
menggunakan alat musik rebana telah berkembang dengan pesat. Awalnya kegiatan qasidah ini dilakukan hanya sebagai ritual saja dalam
memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw, akan tetapi dengan cintanya
masyarakat akan bacaan-bacaan shalawat dan madaih, hampir setiap mengadakan
acara tasyakuran baik pernikahan, khitanan, tingkeban (ketika janin si ibu
berumur 7 bulan) maupun kelahiran bayi dan acara-acara yang lainnya masyarakat
sering mengundang majlis hadlrah ini untuk membacakan sholawat dan madaihnya
demi mendapatkan limpahan keberkahan Allah dan syafa'at Rasulullah dari
bacaan-bacaan tersebut.
Namun
dengan kecanggihan teknologi sekarang ini, banyak ditemukan berbagai jenis alat
musik baru yang kehadirannya dapat menggeser alat musik tradisional Islam,
termasuk rebana. Dengan dalih ketinggalan zaman dan kolot, alat-alat musik
tradisional Islam itu mulai ditinggalkan dan jarang dimainkan. Hal ini
menimbulkan keprihatinan para musikus Islam modern. Mereka berusaha sedini
mungkin untuk mengkolaborasikan alat-alat tradisional tersebut dengan alat-alat
musik modern. Sehingga dengan penampilan seperti inilah seni tradisi Islam
tetap terlestarikan.
Dari
sinilah muncul seni baru Islam, yaitu rebana hadlrah modern. Seni ini masih
menggunakan alat-alat musik tradisional, akan tetapi diselingi juga dengan alat
musik modern, sehingga akan mudah untuk diterima oleh masyarakat kini dan tidak
menjenuhkan. Di luar negeri, Kairo misalnya, seni ini sangat ditunggu-tunggu
kehadirannya, terbukti dari banyaknya undangan untuk tampil dari mancanegara
yang dialamatkan ke sebuah grup rebana, akan tetapi belum bisa memenuhinya
secara keseluruhan karena keterbatasan alat-alat musik yang masih sederhana.
Semua ini tak lebih adalah sebagai bagian dari usaha generasi baru Islam untuk
menjaga dan membangkitkan kreatifitas seni budaya Islam yang telah ada,
sehingga tetap lestari dan tidak hilang begitu saja.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qardhawi, Yusuf. “Islam dan Seni”. Bandung:
Pustaka Hidayah, 2000.
Hossein Nasr, Seyyed. “Spiritualitas dan seni Islam”. Bandung:
Mizan, 1993.
http://www.orbitdigital.net/article/ini-dia-asal-muasal-rebana
diunduh 15/03/2014
http://muhammadjazuli.wordpress.com/2012/04/10/musik-rebana-materi-alternatif-pendidikan-seni-di-sekolah/
diunduh 15/03/2014