Minggu, 11 Mei 2014



HISTORIOGRAFI ISLAM
IBNU KHALDUN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Penulisan historiografi Islam sudah dimulai pada masa permulaan Islam sampai sekarang. Historiografi Islam mengalami perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari teknik penulisan sampai dengan metode yang digunakan para ahli. Salah satu tokoh yang terkenal dalam historiograi Islam adalah Ibnu Khaldun, dia merupakan tokoh sejarawan, sosiolog dan filosuf. Ibnu Khaldun merupakan seorang historiografi modern yang meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi modern sebagai ilmu bantu Ilmu Sejarah (Penulisan Sejarah). Sumbangan terbesar Ibnu Khaldun dalam gaya penulisan sejarah adalah ia menggunakan kajian kritis terhadap karya sejarah.
Ibnu Khaldun memiliki karya yang monumental yaitu kitab al-‘Ibar yang terdiri dari tujuh jilid besar. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang terkenal dengan nama Muqaddimah ibn Ihaldun yang sekaligus merupakan jilid pertama dari kitab al-‘ibar.

B.     Rumusan Masalah
a.       Siapa Ibnu Khaldun itu?
b.      Apa karya-karyanya?
c.       Metode apa yang digunakan oleh Ibnu Khaldun?








BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Ibnu Khaldun
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Waliyuddin ‘Abd al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn al-Hasan ibn Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (Mei 1333 M) dan wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H (19 Maret 1406). Ibnu Khaldun memiliki jalur silsilah yang sampai pada seorang sahabat Nabi yang bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah Kindah. Abu ‘Abdillah Muhammad merupakan ayah sekaligus guru pertama bagi Ibnu Khaldun.[1] Semenjak kecil, Ibnu Khaldun sudah menghafalkan al-Qur’an dan belajar tajwid pada orang tuanya.
Ibnu Khaldun mendapatkan kesempatan belajar dari para ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia yang pada saat itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Dia mempelajari ilmu-ilmu syari’at: tafsir, hadits, usul fiqih, tauhid, dan fiqih mazhab Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa: nahwu, shalaf, balaghah, serta ilmu-ilmu fisika dan matematika. Tahun 749 H aktifitas belajarnya secara tiba-tiba berhenti akibat adanya penyakit pes  yang merenggut ribuan nyawa setiap hari akibatnya, penguasa serta para ulama hijrah ke Maghrib pada tahun 750 H.[2]
Pada usia 21 tahun Ibnu Khaldun masuk dunia politik, ia diangkat sebagai sekretaris Sultan Daulah Bani Hafsh tahun 751 H (1350 M), al-Fadhl, yang memerintah di Tunisia. Pada tahun 766 H Ibnu Khaldun kembai ke Maroko. Di sini ia menduduki beberapa jabatan, dan akhirnya menetap di Qala’at ibn Salamah,[3] tempat ia mulai mengerjakan karyanya tentang sejarah, dan tinggal di sana sampai 780 H.
Pada tahun 784 H ia memulai perjalanannya tetapi kemudian dia berhenti di Kairo untuk mengajar di Masjid al-Azhar. Dua tahun kemudian ia diangkat menjadi qadhi mazhab Maliki di Kairo oleh Sultan al-Zhahir dari Dinasti Mamluk Barquq yaitu al-Nashir Faraj ke Damaskus dalam usahanya melawan Timurlenk yang menakutkan. Timurlenk menerima Ibn Khaldun sebagai tamu kehormatannya. Sejarawan kondang ini memainkan peranan penting dalam politik di Afrika Utara dan Spanyol, yang semua itu mempersiapkan dirinya seacara matang untuk meulis karya besarnya yaitu Kitab al-‘Ibar.[4]

B.     Karya-karya
Pada tahun 780 H (1378 M) Ibnu Khaldun menetap di Qal’at (Benteng) Ibnu Salamah. Di sinilah dia mengarang kitab monumentalnya Kitab al-‘Ibar wa Diwan al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man Siwabum min dzaw as-Sulthan al-‘Akbar (disingkat al-‘Ibar).[5]

Karya Ibnu Khaldun ini terdiri atas tujuh jilid besar. Jilid pertama yang membahas Ulum al-Umran atau sosiolog adalah Muqaddimah ibnu Khaldun. Karya sejarahnya dimulai dengan jilid kedua yang membahas sejarah bangsa Arab dan generasi-generasinya. Sejarah bangsa kuno, Turki dan Frank hingga abad ke-8 H/ ke-14 M memenuhi empat jilid, mulai dari buku ke-2 hingga ke-5. Buku ketiga yang membahas sejarah bangsa Barbar hingga masa Ibnu Khaldun memenuhi jilid ke-6 dan ke-7. Ibnu Khaldun mengakhiri karyanya dengan berbicara tentang dirinya sendiri.[6]

Muqaddimah Ibnu Khaldun merupakan kitab pengantar untuk karya Kitab al-‘Ibar. Kitab Muqaddimah ini termasuk karya yang monumental karena seluruh teori tentang ilmu sosial, kebudayaan dan sejarah termuat dalamnya.[7]  Di bagian pembukaan, Ibnu Khaldun menyinggung bahasan-bahasan ahli-ahli sejarah sebelumnya. Selanjutnya menyebut aliran-aliran mereka, letak kesalahan di dalam pembahasan mereka, kekurangtelitian mereka dalam membahas dan mengambil kesimpulan dari peristiwa-peristiwa sejarah.  Alasan-alasan mengarang kitab al ‘Ibar serta menerangkan metode yang digunakan dijelaskan juga di dalam Muqaddimah. Bagian yang pokok dan paling penting yaitu membahas tentang tabiat manusia dalam kejadian, dan yang tercakup didalamnya dari bangsa Badawi, orang berbudaya, kalah-mengalah, mata-pencaharian, penghidupan, produksi, ilmu, dan lain-lainnya, serta sebab dan akibatnya.[8]
Jilid kedua Ibnu Khaldun membahas kehidupan Nabi Muhammad SAW dan masa al- Khulafa ar-Rasyidun. Jilid ketiga dia memulai sejarah negara-negara islam dan berbicara tentang Khilafah Umayah dan Khilafah Abbasiyah. Jilid keempat berisi sejarah Daulah Fathimiyah, Carmathian dan sejarah bangsa Moor di Spanyol (Andalusia) sejak penaklukan hingga awal dinasti Bani al-Ahmar, dan sejarah Bani Buwaih dan Bani Subaktuktin.
Jilid kelima membahas secara panjang lebar sejarah Bani Saljuk dan Turki dan sejarah perang Salib, serta sejarah dinasti-dinasti Mamluk di Mesir hingga abad ke-8 H. Ibnu Khaldun menyatakan bahwa sejarah bangsa Barbar merupakan objek utamanya dalam menulis buku sejarahnya.[9]

Dalam menulis bukunya Ibnu Khaldun menggunakan metode baru. Dia membaginya menjadi dua buku, kemudian masing-masing dibagi menjadi beberapa bab yang terkait satu sama lain, dan mengemukakan sejarah setiap negara secara terpisah sejak awal hingga akhir, dengan mempertimbangkan simpul-simpul hubungan berbagai negara.[10]

Sebagian besar karya sejarah sebelumnya ditulis dalam bentuk daftar-daftar sejarah yang diatur sesuai dengan tahun masing-masing, akan tetapi Ibnu Khaldu merombak menjadi sitem penataan bab dan dinasti-dinasti terkait, lebih tepat,dan ditulis dengan lebih baik dan padu. Kehebatan Ibnu Khaldun dengan pendahulunya (Al-Waqidi, Al-Baladhuri, Ibnu Abdil Hakim al-misri dan Al Mas’udi) adalah kejelasan dan ketepatan membagi pokok-pokok bahasan dan membuat daftar isinya.[11]
Ia seorang sejarawan yang mengutamakan keobjektivan suatu berita, ia mengadakan observasi langsung untuk menghimpun materi sejarah.Dia mampu menahan diri untuk tidak melebih-lebihkan pihak yang disukanya, di samping juga tidak merendahkan musuh atau pihak yang tidak disenanginya.[12]
                 
C.    Metode Penulisan Sejarah
Sebelum menulis karya sejarahnya yang terkenal, al-‘Ibar, Ibnu Khaldun telah membaca karya-karya dari sejarawan terdahulu. Dia menyatakan bahwa di dalam karya sejarah itu banyak sekali terdapat kekeliruan, ketergelinciran, dan kesalahan. Ibnu  Khaldun dalam kitab Muqaddimah-nya mempunyai pendapat tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebab kesalahan dalam penulisan sejarah.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan: (1) Terjun kelapangan serta harus memiliki pengetahuan bandingan tentang situasi-situasi dan kondisi-kondisi mendatang dalam semua aspek. (2) Sejarawan harus membandingkan kesamaan-kesamaan, atau membedakan keadaan-keadaan, kini dan masa lalu. (3) Sejarawan juga harus mengetahui keadaan dan sejarah orang-orang yang mendukung suatu peristiwa serta harus mengecek berita yang dinukilkan dengan prinsip-prinsip dasar yang dia ketahui.[13]
Menurut Ibnu Khaldun ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesalahan dalam Penulisan Sejarah. Sebab-sebab itu adalah:
1.      Kecenderungan orang untuk menerima begitu saja berita yang sesuai dengan pendapat atau kepercayaanmya, tanpa menyelidiki terlebih dahulu.
2.      Kepercayaan yang berlebihan kepada penutur, padahal penuturan apa pun sehausnya baru bisa diterima apabila telah dilakukan ta’dil dan tajrih (Personality criticism).
3.      Ketidaksanggupan memahami apa yang sebenarnya dimaksud. Para penulis sejarah banyak yang jatuh dalam kesalahan kerena mereka tidak dapat memahami maksud sebenarnya dari apa yang dilihat dan didengarnya.
4.      Kepercayaan yang salah kepada kebenaran.
5.      Ketidaksanggupan menempatkan dengan tepat suatu kejadian dalam hubungan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya, kerena kabur dan rumitnya keadaan.
6.      Keinginan yang umum untuk mengambil hati seorang penguasa, dengan jalan memuji-muji, meyiarkan kemasyhuran, dan menganggap baik setiap perbuatan yang merekan lakukan.
7.      Tidaak menegtahui hukum-hukum watak dan perubahan masyarakat.
8.      Kesalahan pemahaman berita dan peristiwa, karena mereka hanya mendasarkan diri pada penukilan semata, terlepas beritanya salah atau benar.
9.      Penganalogian secara mutlak masa lalu atas masa kini.
Dari penjelasan di atas, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa ada dua sarana untuk mengetahui kebenaran suatu berita. Pertama, pemikiran yang mendalam atas peristiwa-peristiwa yang dituturkan. Kedua, pengkajian terhadap peringkat kebenaran dan kejujuran para penutur beritanya dengan menggunakan metode ta’dil dan tajrih.[14]


BAB III
KESIMPULAN

Ibnu Khaldun Merupakan seorang sejarawan, ilmuwan, peletak dasar ilmu sosiologi dan filsuf, Ibnu Khaldun telah memberikan sumbangan besar bagi berkembangnya Historiografi Islam. Dia menggabungkan metode-metode penelitian gejala masyarakat untuk memberikan gaya penulisan yang multidisiplin terhadap sebuah peristiwa sejarah. Karya Ibnu Khaldun tentang sejarah mampu menjelaskan gejala-gejala sosial masyarakat yang terjadi pada umat terdahulu. Rangkuman analisis atas peristiwa sejarah tersebut membuat Ibnu Khaldun mampu menelurkan teori-teori disiplin ilmu lain seperti ilmu sosiologi dan sejarah.
Kitab al-‘Ibar merupakan karya yang monumental yang pernah dibuat Ibnu Khaldun. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang terkenal dengan nama Muqaddimah ibn Ihaldun yang sekaligus merupakan jilid pertama dari kitab al-‘ibar.















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Syafii Maarif.  Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.

Ali Abdulwahid Wafi, Ibnu Khaldun: Riwayat dan Karyanya. Jakarta: Tamprint, 1985.

Badri Yatim. Historiografi Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.

Philip K Hitti. History of The Arabs.  Terj R Cecep Lukman Yasin. Jakarta: Serambi, 2010.

Muhammad Abdullah Enan. Biografi Ibnu Khaldun Kehidupan dan Karya Bapak Sosiologi Dunia, terj Machnun Husein. Jakarta: Zaman, 2013.


[1] Badri Yatim, Historiografi Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm.139.
[2] Ibid,. hlm.140-141
[3] Qala’at ibn Salamah sekarang dikenal dengan Tawghuz, sebelah timur Tilimsan Aljazair Utara lihat Philip K Hitti, History of The Arabs,  Terj R Cecep Lukman Yasin ( Jakarta: Serambi 2010), hlm. 722.
[4] Philip K Hitti, History of The Arabs, Terj R Cecep Lukman Yasin ( Jakarta: Serambi
2010), hlm. 722-733.
[5] Badri Yatim, Historiografi Islam, hlm.144-145.
[6] Muhammad Abdullah Enan, Biografi Ibnu Khaldun Kehidupan dan Karya Bapak
Sosiologi Dunia, terj Machnun Husein ( Jakarta: Zaman, 2013),  158.
[7] Ahmad Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 24-25.
[8] Ali Abdulwahid Wafi, Ibnu Khaldun: Riwayat dan Karyanya (Jakarta: Tamprint, 1985), hlm.81
[9] Muhammad Abdullah Enan, Biografi Ibnu Khaldun Kehidupan, hlm.163-164.
[10] Ibid., hlm.164.
[11] Ibid., hlm.165.
[12] Ahmad Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur,
 (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 26.
               
        [14] Badri Yatim, Historiografi Islam, hlm.146-151.