HISTORIOGRAFI ISLAM
IBNU KHALDUN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penulisan historiografi Islam sudah dimulai pada masa permulaan Islam
sampai sekarang.
Historiografi Islam mengalami perkembangan dari waktu ke waktu mulai dari
teknik penulisan sampai dengan metode yang digunakan para ahli. Salah satu
tokoh yang terkenal dalam historiograi Islam adalah Ibnu Khaldun, dia merupakan
tokoh sejarawan, sosiolog dan filosuf. Ibnu Khaldun merupakan seorang
historiografi modern yang meletakkan dasar-dasar ilmu sosiologi modern sebagai
ilmu bantu Ilmu Sejarah (Penulisan Sejarah). Sumbangan terbesar Ibnu Khaldun
dalam gaya penulisan sejarah adalah ia menggunakan kajian kritis terhadap karya
sejarah.
Ibnu Khaldun memiliki karya yang monumental yaitu kitab al-‘Ibar
yang terdiri dari tujuh jilid besar. Kitab ini berisi kajian sejarah, dan
didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial manusia yang
terkenal dengan nama Muqaddimah ibn Ihaldun yang sekaligus merupakan
jilid pertama dari kitab al-‘ibar.
B. Rumusan Masalah
a. Siapa Ibnu Khaldun
itu?
b. Apa karya-karyanya?
c. Metode apa yang
digunakan oleh Ibnu Khaldun?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Ibnu
Khaldun
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah
Waliyuddin ‘Abd al-Ramhan ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn
al-Hasan ibn Khaldun. Dia lahir di Tunisia di awal bulan Ramadhan 732 H (Mei
1333 M) dan wafat di Kairo pada tanggal 25 Ramadhan 808 H (19 Maret 1406). Ibnu
Khaldun memiliki jalur silsilah yang sampai pada seorang sahabat Nabi yang
bernama Wayl ibn Hujr dari kabilah Kindah. Abu ‘Abdillah Muhammad merupakan
ayah sekaligus guru pertama bagi Ibnu Khaldun.[1]
Semenjak kecil, Ibnu Khaldun sudah menghafalkan al-Qur’an dan belajar tajwid
pada orang tuanya.
Ibnu Khaldun mendapatkan
kesempatan belajar dari para ulama Andalusia yang hijrah ke Tunisia yang pada
saat itu mengalami kekacauan akibat perebutan kekuasaan. Dia mempelajari
ilmu-ilmu syari’at: tafsir, hadits, usul fiqih, tauhid, dan fiqih mazhab
Maliki. Ia juga mempelajari ilmu-ilmu bahasa: nahwu, shalaf, balaghah, serta
ilmu-ilmu fisika dan matematika. Tahun 749 H aktifitas belajarnya secara tiba-tiba berhenti akibat adanya
penyakit pes yang merenggut ribuan nyawa
setiap hari akibatnya, penguasa serta para ulama hijrah ke Maghrib pada tahun 750 H.[2]
Pada usia 21 tahun Ibnu
Khaldun masuk dunia politik, ia diangkat sebagai sekretaris Sultan Daulah Bani
Hafsh tahun 751 H (1350 M), al-Fadhl, yang memerintah di Tunisia. Pada tahun 766
H Ibnu Khaldun kembai ke Maroko. Di sini ia menduduki beberapa jabatan, dan
akhirnya menetap di Qala’at ibn Salamah,[3] tempat ia mulai mengerjakan karyanya
tentang sejarah, dan tinggal di sana sampai 780 H.
Pada tahun 784 H ia memulai perjalanannya tetapi kemudian dia berhenti
di Kairo untuk mengajar di Masjid al-Azhar. Dua tahun kemudian ia diangkat
menjadi qadhi mazhab Maliki di Kairo oleh Sultan al-Zhahir dari Dinasti Mamluk
Barquq yaitu al-Nashir Faraj ke Damaskus dalam usahanya melawan Timurlenk yang
menakutkan. Timurlenk menerima Ibn Khaldun sebagai tamu kehormatannya.
Sejarawan kondang ini memainkan peranan penting dalam politik di Afrika Utara
dan Spanyol, yang semua itu mempersiapkan dirinya seacara matang untuk meulis
karya besarnya yaitu Kitab al-‘Ibar.[4]
B. Karya-karya
Pada tahun 780 H (1378 M) Ibnu Khaldun menetap di Qal’at (Benteng) Ibnu
Salamah. Di sinilah dia mengarang kitab monumentalnya Kitab al-‘Ibar wa Diwan
al-Mubtada’ wa al-Khabar fi Ayyam al-‘Arab wa al-‘Ajam wa al-Barbar wa man
Siwabum min dzaw as-Sulthan al-‘Akbar (disingkat al-‘Ibar).[5]
Karya
Ibnu Khaldun ini terdiri atas tujuh jilid besar. Jilid pertama yang membahas Ulum al-Umran atau sosiolog adalah Muqaddimah ibnu Khaldun. Karya sejarahnya dimulai dengan jilid kedua
yang membahas sejarah bangsa Arab dan generasi-generasinya. Sejarah bangsa
kuno, Turki dan Frank hingga abad ke-8 H/ ke-14 M memenuhi empat jilid, mulai
dari buku ke-2 hingga ke-5. Buku ketiga yang membahas sejarah bangsa Barbar
hingga masa Ibnu Khaldun memenuhi jilid ke-6 dan ke-7. Ibnu Khaldun mengakhiri
karyanya dengan berbicara tentang dirinya sendiri.[6]
Muqaddimah Ibnu Khaldun
merupakan kitab
pengantar untuk karya Kitab al-‘Ibar. Kitab Muqaddimah ini termasuk karya yang
monumental karena seluruh teori tentang ilmu sosial, kebudayaan dan sejarah
termuat dalamnya.[7] Di bagian pembukaan, Ibnu Khaldun menyinggung
bahasan-bahasan ahli-ahli sejarah sebelumnya. Selanjutnya menyebut
aliran-aliran mereka, letak kesalahan di dalam pembahasan mereka,
kekurangtelitian mereka dalam membahas dan mengambil kesimpulan dari
peristiwa-peristiwa sejarah. Alasan-alasan mengarang kitab al ‘Ibar serta
menerangkan metode yang digunakan dijelaskan juga di dalam Muqaddimah.
Bagian yang pokok dan paling penting yaitu membahas tentang tabiat manusia
dalam kejadian, dan yang tercakup didalamnya dari bangsa Badawi, orang
berbudaya, kalah-mengalah, mata-pencaharian, penghidupan, produksi, ilmu, dan
lain-lainnya, serta sebab dan akibatnya.[8]
Jilid
kedua Ibnu Khaldun
membahas kehidupan Nabi Muhammad SAW dan masa al- Khulafa ar-Rasyidun. Jilid ketiga dia memulai sejarah negara-negara
islam dan berbicara tentang Khilafah Umayah dan Khilafah Abbasiyah. Jilid
keempat berisi sejarah Daulah Fathimiyah, Carmathian dan sejarah bangsa Moor di
Spanyol (Andalusia) sejak penaklukan hingga awal dinasti Bani al-Ahmar, dan
sejarah Bani Buwaih dan Bani Subaktuktin.
Jilid kelima membahas secara panjang lebar
sejarah Bani Saljuk dan Turki dan sejarah perang Salib, serta sejarah
dinasti-dinasti Mamluk di Mesir hingga abad ke-8 H. Ibnu Khaldun menyatakan
bahwa sejarah bangsa Barbar merupakan objek utamanya dalam menulis buku
sejarahnya.[9]
Dalam menulis bukunya Ibnu Khaldun menggunakan
metode baru. Dia membaginya menjadi dua buku, kemudian masing-masing dibagi
menjadi beberapa bab yang terkait satu sama lain, dan mengemukakan sejarah
setiap negara secara terpisah sejak awal hingga akhir, dengan mempertimbangkan
simpul-simpul hubungan berbagai negara.[10]
Sebagian besar karya sejarah sebelumnya
ditulis dalam bentuk daftar-daftar sejarah yang diatur sesuai dengan tahun
masing-masing, akan tetapi Ibnu Khaldu merombak menjadi sitem penataan bab dan
dinasti-dinasti terkait, lebih tepat,dan ditulis dengan lebih baik dan padu.
Kehebatan Ibnu Khaldun dengan pendahulunya (Al-Waqidi, Al-Baladhuri, Ibnu Abdil
Hakim al-misri dan Al Mas’udi) adalah kejelasan dan ketepatan membagi
pokok-pokok bahasan dan membuat daftar isinya.[11]
Ia seorang sejarawan yang mengutamakan
keobjektivan suatu berita, ia mengadakan observasi langsung untuk menghimpun
materi sejarah.Dia mampu menahan diri untuk tidak melebih-lebihkan pihak yang
disukanya, di samping juga tidak merendahkan musuh atau pihak yang tidak
disenanginya.[12]
C. Metode Penulisan
Sejarah
Sebelum menulis karya
sejarahnya yang terkenal, al-‘Ibar, Ibnu Khaldun telah membaca
karya-karya dari sejarawan terdahulu. Dia menyatakan bahwa di dalam karya
sejarah itu banyak sekali terdapat kekeliruan, ketergelinciran, dan kesalahan.
Ibnu Khaldun dalam kitab Muqaddimah-nya
mempunyai pendapat tentang syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang
sejarawan dan sebab-sebab kesalahan dalam penulisan sejarah.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan: (1) Terjun
kelapangan serta harus memiliki pengetahuan bandingan tentang situasi-situasi
dan kondisi-kondisi mendatang dalam semua aspek. (2) Sejarawan harus membandingkan
kesamaan-kesamaan, atau membedakan keadaan-keadaan, kini dan masa lalu. (3) Sejarawan
juga harus mengetahui keadaan dan sejarah orang-orang yang mendukung suatu
peristiwa serta harus mengecek berita yang dinukilkan dengan prinsip-prinsip
dasar yang dia ketahui.[13]
Menurut Ibnu Khaldun ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam Penulisan Sejarah. Sebab-sebab itu adalah:
1.
Kecenderungan orang untuk menerima begitu saja berita yang sesuai dengan pendapat
atau kepercayaanmya, tanpa menyelidiki terlebih dahulu.
2.
Kepercayaan yang berlebihan kepada penutur,
padahal penuturan apa pun sehausnya baru bisa diterima apabila telah dilakukan ta’dil
dan tajrih (Personality criticism).
3.
Ketidaksanggupan memahami apa yang sebenarnya
dimaksud. Para penulis sejarah banyak yang jatuh dalam kesalahan kerena mereka
tidak dapat memahami maksud sebenarnya dari apa yang dilihat dan didengarnya.
4.
Kepercayaan yang salah kepada kebenaran.
5.
Ketidaksanggupan menempatkan dengan tepat suatu
kejadian dalam hubungan peristiwa-peristiwa yang sebenarnya, kerena kabur dan
rumitnya keadaan.
6.
Keinginan yang umum untuk mengambil hati seorang
penguasa, dengan jalan memuji-muji, meyiarkan kemasyhuran, dan menganggap baik
setiap perbuatan yang merekan lakukan.
7.
Tidaak menegtahui hukum-hukum watak dan perubahan
masyarakat.
8.
Kesalahan pemahaman berita dan peristiwa, karena
mereka hanya mendasarkan diri pada penukilan semata, terlepas beritanya salah
atau benar.
9.
Penganalogian secara mutlak masa lalu atas masa
kini.
Dari penjelasan di atas, Ibnu Khaldun berpendapat bahwa ada dua sarana
untuk mengetahui kebenaran suatu berita. Pertama, pemikiran yang mendalam atas
peristiwa-peristiwa yang dituturkan. Kedua, pengkajian terhadap peringkat
kebenaran dan kejujuran para penutur beritanya dengan menggunakan metode ta’dil
dan tajrih.[14]
BAB III
KESIMPULAN
Ibnu Khaldun Merupakan seorang
sejarawan, ilmuwan, peletak dasar ilmu sosiologi dan filsuf, Ibnu Khaldun telah
memberikan sumbangan besar bagi berkembangnya Historiografi Islam. Dia
menggabungkan metode-metode penelitian gejala masyarakat untuk memberikan gaya
penulisan yang multidisiplin terhadap sebuah peristiwa sejarah. Karya Ibnu
Khaldun tentang sejarah mampu menjelaskan gejala-gejala sosial masyarakat yang
terjadi pada umat terdahulu. Rangkuman
analisis atas peristiwa sejarah tersebut membuat Ibnu Khaldun mampu menelurkan
teori-teori disiplin ilmu lain seperti ilmu sosiologi dan sejarah.
Kitab al-‘Ibar merupakan
karya yang monumental yang pernah dibuat Ibnu Khaldun. Kitab ini berisi kajian
sejarah, dan didahului oleh sebuah pembahasan tentang masalah-masalah sosial
manusia yang terkenal dengan nama Muqaddimah ibn Ihaldun yang sekaligus
merupakan jilid pertama dari kitab al-‘ibar.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad Syafii Maarif.
Ibn Khaldun dalam Pandangan
Penulis Barat dan Timur. Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
Ali
Abdulwahid Wafi, Ibnu Khaldun: Riwayat dan Karyanya. Jakarta: Tamprint,
1985.
Badri
Yatim. Historiografi Islam. Jakarta:
Logos Wacana Ilmu, 1997.
Philip K Hitti. History
of The Arabs. Terj R Cecep Lukman
Yasin. Jakarta: Serambi, 2010.
Muhammad Abdullah Enan. Biografi Ibnu Khaldun Kehidupan dan Karya Bapak Sosiologi Dunia, terj
Machnun Husein. Jakarta: Zaman, 2013.
[3] Qala’at ibn Salamah sekarang dikenal dengan Tawghuz,
sebelah timur Tilimsan Aljazair Utara lihat Philip K Hitti, History of The Arabs, Terj R Cecep Lukman Yasin ( Jakarta: Serambi
2010), hlm. 722.
[4]
Philip K Hitti, History of The Arabs,
Terj R Cecep Lukman Yasin ( Jakarta: Serambi
2010), hlm. 722-733.
[5] Badri Yatim, Historiografi Islam,
hlm.144-145.
[6] Muhammad
Abdullah Enan, Biografi Ibnu Khaldun
Kehidupan dan Karya Bapak
Sosiologi Dunia,
terj Machnun Husein ( Jakarta: Zaman,
2013), 158.
[7] Ahmad
Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm.
24-25.
[8] Ali Abdulwahid Wafi, Ibnu Khaldun:
Riwayat dan Karyanya (Jakarta: Tamprint, 1985), hlm.81
[12] Ahmad
Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam
Pandangan Penulis Barat dan Timur,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm.
26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar